Alhamdulillah....
Diluar
perkiraan, acara berjalan dengan sangat lancar. Antusias para peserta dan para
penonton membuat suasana semakin memanas. Semakin banyak para penonton
mendatangi lokasi, seakan memberikan tambahan stamina kepada para peserta. Begitupun
dengan diriku serta teman-teman, Kita seakan larut dalam suasana perlombaan
ini.
Waktu
berlalu begitu cepat, Tit .. Tiit ..
Tiiit .. suara bel berbunyi. Memberikan isyarat kepada Kita semua, sudah
waktunya untuk Isoma (Istirahat,
Sholat, Makan). Aku kaget mendengar suara bel, tanpa banyak bicara Aku langsung
berpamitan pulang kepada teman-teman yang lain. Melihat Aku yang tergesa-gesa
tidak ada yang bertanya balik, atau menahanku untuk tetap berada pada lokasi
perlombaan.
Tidak
lama sampai dirumah, Aku mengganti pakaian serta mencuci wajah yang penuh
dengan make up. Setelah selesai
membereskan semua yang Aku pergunakan, Aku melaksanakan Sholat Zuhur.
Selesai
menunaikan ibadah Sholat, Aku
berbaring diatas kasur yang membuatku sangat nyaman. Tetapi kali ini kenyamanan
yang Aku dapatkan tidak seperti biasanya, hatiku mulai bertanya-tanya kepada
Yang Maha Kuasa “Tuhan, ada apa dengan
diriku ini? Aku merasa tidak nyaman untuk hari esok, tetapi kenapa Aku seakan
takut untuk tidak menjalani hari esok. Hanya karena membayangkan wajah Ibu
membuatku berlari menuju rumah. Tuhan mengapa semuanya begitu rumit untuk Ku jalani? Apa yang harus Aku lakukan Tuhan? Bagaimana
Aku menghadapi Try Out besok Tuhan?” Aku terdiam dalam keheningan sejenak.
***
Belaian
lembut dikepala ku, membuatku terbangun dari tidur. Ini pasti jemari Ibu, Aku
sangat mengetahui bagaimana kasarnya telapak tangan Ibu. Tangan yang digunakan
untuk membereskan rumah serta tangan yang digunakan untuk beliau bekerja di
Kantor. Tangan Malaikat tanpa sayap dalam kehidupanku ini tidak akan mungkin
Aku lupakan. Perlahan mulai ku buka mata, dan Aku menoleh kepada Ibu yang
berada disamping ku.
“Vige kecapekan ya Nak? Ini minumlah susu
coklat hangat. Habis itu sambung lagi istirahatnya ya Nak.” Ucapan Ibu sembari
memberikan gelas yang telah berisi susu coklat hangat.
Aku
mengambil dan langsung meminum susu yang telah diberikan oleh Ibu. Apakah Aku
kehausan atau memang susu ini nikmat. Sehingga Aku langsung menghabiskan
minuman tersebut. “Terima Kasih Ibu.”
cuma kalimat itu yang Aku sampaikan kepada Ibu.
Ibu
memberikan senyuman yang paling indah dari bibirnya, dan kembali Ibu memegangi
kepalaku sambil beranjak keluar dari kamar. “Selamat Istirahat Nak.” Ucap Ibu.
***
Matematika,
Ku persiapkan semua buku yang berhubungan dengan pelajaran ini. Tiada
sedikitpun rasa risau menyelimuti hatiku, semuanya seakan tenang dan biasa
saja. Sambil tersenyum mulai ku buka buku dan catatan yang diperlukan, Aku
mulai mengerjakan beberapa soal yang ada. Sebenarnya Aku sangat menyukai
pelajaran ini, pelajaran ini tidak membuatku bosan sedikitpun. Pejaran ini
tidak memintaku untuk menghafal rumus yang rumit, melainkan pelajaran ini
memintaku untuk selalu mengerjakan soal-soal yang ada, agar aku bisa mengingat
rumus-rumus tersebut. Karena itulah, Aku sangat menyukai pelajaran Matematika
ini. Tidak hanya pelajarannya, Guru di Sekolah juga membuatku nyaman, baik cara
beliau mengajarkan didalam kelas serta cara Beliau mempermudah para murid untuk
mengingat rumus. Bagiku, Beliau bukanlah Guru yang memilih kasih terhadap
muridnya, melainkan Beliau adalah sosok Guru yang sangat tabah dan sabar
menghadapi para muridnya.
Aku
terlena menyelesaikan soal-soal matematika, membuatku harus tertidur diatas
meja belajar yang beralaskan buku pelajaran. Suara gemuruh mengejutkanku,
perlahan ku buka mata dan melihat kepada jam dinding.
Huft ... Aku berjalan perlahan menuju
kasur yang selalu dapat memberikanku kenyamanan. Mulai ku rebahkan badan ini
dan Ku tarik selimut. Dalam hitungan beberapa menit, Aku sudah berada pada alam
mimpi yang sempurna.
0 Response to "Sampai pada Waktunya (Part 2)"
Post a Comment