Sampai pada Waktunya (Part 1)



Kesekian kalinya rasa malas menyelimuti hatiku, untuk menuju kamar mandi. Sekuat tenaga harus Aku kumpulkan kekuatan untuk dapat bangun dari kasur yang nyaman ini. Sampai akhirnya, lamunan ku memudar seiring dengan suara Ibu.

Vige, sudah jam 5.30. kamu tidak sholat? Tidak sekolah?” Ucapan Ibu yang membuatku harus bangun dari kenyamanan ini.

Aku melangkah perlahan menuju kamar mandi, seakan kamar mandi ini berada puluhan KM (Kilo Meter) dari kamarku. Sambil didalam hati Aku berbicara sendiri “Oh Tuhan, mengapa Aku harus sekolah di tempat yang sangat membosankan itu. Aku benar-benar tidak nyaman Tuhan...”

***


Menginjakkan kaki digerbang sekolah ini, membuatku merasa muak, bosan, bahkan jenuh. Lingkungan sekolah membuatku merasa sangat tertekan, dengan beberapa guru yang bertindak memilih kasih terhadap muridnya, murid-murid yang kuat menindas murid yang lemah, serta begitu jelas perbedaan antara si kaya dan si miskin.



Aku adalah seorang perempuan yang biasa saja, tidak cantik tetapi tidak jelek. Tidak tergolong pada keluarga yang kaya raya, setidaknya keluarga yang berkecukupan. Aku bukan anak yang terlalu pintar, tapi bukan anak yang bodoh pastinya. Sehingga aku dapat bersekolah pada sekolah terfavorit di Kota ini. Aku berbeda dari anak lainnya, sehingga Aku benar-benar tidak mendapatkan kenyamanan yang Aku inginkan. Pola fikir yang Aku miliki sangat jauh berbeda dengan teman-teman disekolah, jika Aku tidak suka Aku akan menghindarinya, begitupun sebaliknya jika Aku suka Aku akan melakukannya. Tapi Aku tidak pernah merugikan Orang lain,  sehingga dengan pola fikirku yang seperti ini membuatku dijauhi oleh teman dan beberapa guru ikut mengucilkan ku. Aku cuma diam, bertahan tanpa banyak bicara dengan mereka, termasuk kepada keluargaku sendiri aku tidak pernah menceritakan apa yang Aku rasakan disekolah ini.


Hari ini, sama seperti hari-hari lainnya yang tidak ada hal yang menarik hanya membosankan. Dengan harapan yang sama yaitu ingin secepatnya pulang kerumah bertemu dengan kasur yang sangat membuatku nyaman. Ops ... Ada sedikit perbedaan pada hari ini, sepulang sekolah Aku akan mengadakan latihan menari dengan teman-teman sebaya pada lingkungan tempat tinggalku. Karena Besok Aku dan teman-teman akan menampilkan Tari Persembahan sebagai Pembukaan Acara Perlombaan Silat yang akan diadakan.

                                                                                *** 


Latihan menari ini membuatku merasa tenang, karena bersama dengan teman-teman masa kecil. Dengan umur yang tidak terlalu jauh, bisa dikatakan kalau Kita semua seumuran.  Bersama dengan mereka membuatku dapat melupakan hal-hal membosankan yang aku lalui selama disekolah. 

Dalam lingkungan sekolah mungkin Aku bukan seseorang yang mereka anggap ada, tapi pada lingkungan lain Aku merasa sangat bahagia, karena Aku diberikan kepercayaan menjadi Ketua Remaja Perempuan, serta diberikan beberapa kepercayaan untuk mengelola Aliansi-aliansi remaja. 

Aneh, Aku seperti seseorang yang sedang bermain film, harus bermain peran dimana pun Aku berada. Apa yang Aku alami di Sekolah tidak perlu orang lain mengetahuinya. Bahkan orang tua sekalipun, cukup permasalahan yang Aku hadapi di Sekolah Aku sendiri yang menjalaninya. 

                                                                                ***


Hari ini penuh dengan semangat. Bukan hanya semangat karena hari Libur, tetapi karena Acara perlombaan yang diadakan. Membuat pagi ini begitu bergelora, tanpa harus menunggu panggilan dari Ibu. Aku sudah selesai Sholat Subuh dan juga selesai mandi. Ketika Aku sedang bersiap-siap Ibu membantu  mempersiapkan sarapan pagi.

Ge, kamu sampai acara selesai dilokasinya?” tanya Ibu, kepada Ku.

Mungkin Bu, Ge Cuma tampil pada pembukaan saja. Memangnya kenapa ya Bu?” tanyaku kembali.

Sambil menghela nafas Ibu berkata “Ibu, cuma mengingatkan! Besok kamu Try Out Pertama loh disekolah.”

Tanpa membalas ucapan Ibu Aku melanjutkan sarapanku. Fikiranku mulai bercabang, bagaimana Aku akan menghadapi Try Out besok, sedangkan Aku sama sekali tidak mempersiapkan sedikitpun. Ah sudahlah ... Untuk hari Besok, akan dijalani seperti biasa. Hari ini Aku begitu bersemangat, jadi akan lebih baik menjalani hari ini, daripada memikirkan keadaan sekolah yang hanya bisa membuatku sedikit gila.

Selesai Sarapan, Aku bersiap-siap menuju Salon. Setiba di Salon, ternyata teman-teman yang lain sudah datang terlebih dahulu. Sehingga Aku harus menunggu antrian, walaupun tidak begitu ramai setidaknya menunggu itu adalah hal yang membosankan. Tidak beberapa lama setelah menggunakan Aku dan teman-teman yang lain menggunakan Make up, dan pakaian adat untuk menari, Kita semua menuju lokasi. Lokasi Acara tidak terlalu jauh dari tempat Salon cuma membutuhkan waktu Lima Menit jika berjalan kaki. Bismillahhirrahmanirrahim...







 

0 Response to "Sampai pada Waktunya (Part 1)"

Post a Comment